Jumat, 20 November 2015

ASIMILASI BUDAYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DI INDONESIA



Pendahuluan
Membicarakan perihal budaya, cangkupannya akan sangat luas karena budaya berhubungan dengan kebiasaan, adat, dan sesuatu yang dianggap penting oleh sekelompok masyarakat. Budaya sendiri memiliki proses pembentukan di dalamnya, salah satunya adalah asimilasi budaya.

Indonesia memiliki ragam budaya yang unik. Keragaman tersebut membentang dari Sabang hingga Merauke, menawarkan sebuah pemandangan yang berwarna-warni. Keindahan tersebut bahkan bisa dirasakan baik oleh mereka yang datang dari luar negeri, kekaguman tidak berhenti keluar dari mulut mereka.

Memang jika membicarakan tentang keanekaragaman budaya, Indonesia adalah juaranya. Kita tidak sedang membahas berbagai permasalahan multidimensi di negeri ini. Karena jika membahas tentang itu, kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, termasuk budaya, akan terasa hambar dan sia-sia. Tidak ada salahnya jika sejenak kita larut dalam keindahan budaya yang dimiliki oleh Indonesia tanpa harus memikirkan segala permasalahan bangsa yang rumit.

Berbudaya adalah kebutuhan manusia yang lahir secara naluri. Manusia purba pun sudah melakukannya, mereka menciptakan budaya meramu, berburu, hidup nomaden, dan sebagainya. Itu adalah bentuk-bentuk kebudayaan yang lahir atas dasar kebutuhan dan tanpa disadari sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Mereka menciptakan sebuah kebiasaan yang kemudian lambat laun menjadi kebudayaan, menjadi identitas yang membedakan kelompok mereka dengan kelompok lainnya. Hakikat budaya, sederhananya bisa dikatakan memang seperti itu. Sebuah kebiasaan yang lahir dari sekelompok masyarakat, kemudian menjadi identitas.


Terjadinya Asimilasi Budaya
Kehidupan yang terjadi di masyarakat sangat kompleks. Ada banyak proses yang terjadi di dalamnya. Budaya pun tak luput dari hal itu. Harus diakui, bahwa kebudayaan yang saat ini tumbuh di Indonesia, sebagian bukan merupakan kebudayaan asli Indonesia. Ada kebudayaan lain yang mencampurinya kemudian dalam jangka waktu yang lama, pencampuran kebudayaan tersebut melahirkan hal baru, atau kebudayaan baru.

Pencampuran dua kebudayaan yang berasal dari kebiasaan yang berbeda biasanya dikenal dengan istilah asimilasi. Sebuah pembauran antara dua kebudayaan yang masing-masing melepaskan identitas asli untuk kemudian melahirkan sesuatu yang baru.

Asimilasi tidak terjadi dalam jangka waktu satu atau dua tahun, apalagi asimilasi budaya. Ada proses yang boleh dikatakan sangat panjang. Penyesuaian demi penyesuaian dilakukan oleh pelaku asimilasi itu sendiri, dalam hal ini mereka adalah masyarakat Indonesia.

Tanda-tanda telah terjadinya asimilasi adalah munculnya upaya-upaya yang bertujuan untuk menghapuskan perbedaan antara dua kelompok atau individu yang berbeda.

Upaya ini dilakukan dengan cara lebih memperhatikan kepentingan bersama dari pada kepentingan individu. Ketika upaya ini berhasil, batas perbedaan antara dua kebudayaan semakin tipis. Masing masing pemilik kebudayaan tersebut mengidentifikasikan diri untuk mementingkan kepentingan bersama, bukan lagi kepantingan pribadi.

Proses asimilasi budaya dapat terjadi apabila :
  • Ada beberapa kelompok dengan kebudayaan berbeda yang tinggal di satu wilayah yang sama.
  • Beberapa kelompok yang berbeda tersebut melakukan interaksi dalam waktu yang lama dan cukup intensif.
  • Masing-masing kebudayaan memiliki kemungkinan untuk menyesuaikan diri, dalam arti, bisa membuka diri terhadap kebudayaan baru.

Juga ada beberapa hal yang membuat proses pencampuran budaya tersebut lebih mudah, yaitu :
  • Masing-masing anggota kelompok yang berbeda budaya memiliki toleransi terhadap budaya orang lain.
  • Masing-masing kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati kelayakan kehidupan secara finansial.
  • Menghormati serta menghargai kelompok asing sekaligus budaya yang di bawanya.
  • Sikap dan pemikiran yang terbuka dari kelompok yang berkuasa terhadap kelompok pendatang.
  • Merasakan keseimbangan perlakuan dibidang kebudayaan secara umum.
  • Terjadinya pernikahan di antara dua kelompok berbeda budaya.
  • Tidak menyukai hal yang sama. Sehingga menimbulkan semangat juang dan rasa memiliki yang lebih.


Dari penjelasan tentang asimilasi budaya diatas, anda tentu sudah bisa membayangkan mengenai contoh asimilasi budaya bukan ?  Pada intinya, budaya yang lahir karena pengaruh dua budaya, kemudian budaya baru yang lahir tersebut memiliki keunikan tersendiri, itulah bentuk dari asimilasi budaya.


Syarat Terjadinya Asimilasi
Asimilasi tidak terjadi begitu saja, melainkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar proses asimilasi berjalan dengan baik. Beberapa syarat asimilasi diantaranya adalah sebagai berikut.
  1. Adanya perbedaan kebudayaan antara kelompok yang satu dan kelompok lain. Contohnya adalah Gangnam Style, semula tidak dikenal di Indonesia tetapi kemudian banyak masyarakat Indonesia yang terampil dalam menari tarian tersebut.
  2. Adanya interaksi sosial antara masing-masing kelompok. Interaksi tersebut bisa bersifat langsung maupun tidak langsung dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Contohnya, sebagian masyarakat di pulau jawa begitu mahir menyanyikan irama keroncong karena mereka terbiasa bergaul dengan bangsa Portugis pada zaman penjajahan dahulu kala, sehingga melahirkan kebudayaan baru dan bersifat turun-temurun.
  3. Adanya kesadaran dari masing-masing pihak untuk saling menyesuaikan diri dengan kebudayaan mereka masing-masing. Idealnya, bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang selektif terhadap penerimaan kebudayaan asing, sehingga mereka hanya menerima kebudayaan yang sesuai dengan jati diri bangsa. Ada sebuah pertanyaan, mengapa budaya pergaulan bebas, tato, minum-minuman keras, bahkan seks bebas juga banyak terjadi di Indonesia?  Kemajuan ilmu dan tekhnologi di bidang komunikasi menjadi indikasi penyebab utama mengapa budaya-budaya buruk merebak di Indonesia.



Faktor Terjadinya Asimilasi
  1. Toleransi, saling menghargai, dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung kebudayaan yang saling melengkapi, sehingga mereka akan saling membutuhkan.
  2. Simpati yang dilakukan dengan masyarakat lainnya, didasari oleh rasa saling menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing dan kebudayaannya, serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya, itu akan mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan kebudayaan tersebut.
  3. Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya dapat diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-golongan minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.
  4. Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di antara dua kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.
  5. Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan menyebabkan masyarakat pendukung nya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.


Faktor Penghambat Asimilasi
  1. Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang umumnya terjadi di antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam menghadapi kebudayaan terasing seperti orang Kubu di Sumatra, orang Baduy di Jawa Barat, dan suku-suku terasing di Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka menutup diri terhadap masuknya budaya baru.
  2. Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati yang kurang berkembang antara suku bangsa.
  3. Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan masyarakat pribumi sehingga integrasi yang terjalin antara yang menjajah dan yang dijajah tidak berkembang.
  4. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat pada tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar. Sebaliknya, orang luar kurang memahami kebudayaan masyarakat tersebut sehingga menimbulkan prasangka yang dapat menghalangi berlangsungnya proses pembauran.
  5. Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Misalnya, golongan minoritas Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang tajam dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian nama orang Tionghoa dengan nama Indonesia tidak banyak membawa hasil untuk mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika in-group feeling tidak diatasi lebih dulu.


Contoh Asimilasi di Indonesia
Proses asimilasi ini terkadang sulit terjadi dan terkadang pula sangat mudah terjadi, bahkan masyarakat tanpa sadar menyerap budaya asing. Di Indonesia banyak sekali contoh dari hasil dari asimilasi antar budaya. Berikut beberapa hasil asimilasi budaya di Indonesia.

Seni Bangunan

Banyak bangunan bersejarah yang dibangun dari hasil asimilasi, seperti punden berundak-undak. Punden berundak-undak ini merupakan bangunan dari zaman Megalitikum yang mendapat pengaruh dari Hindu-Budha, sehingga memiliki wujud candi, seperti Candi Borobudur.


Seni Rupa atau Seni Lukis

Banyak kesenian di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan India, seperti seni rupa dan seni lukis. Hal ini dibuktikan dari adanya patung Budha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai dan patung Budha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan).


Seni Sastra


Prasasti-prasasti kuno yang ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan sebagainnya menunjukkan adanya pengaruh dari Hindu-Budha. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam huruf Pallawa dan dalam bahasa Sansekerta. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat asimilasi budaya pada saat itu.


Kalender


Adanya penanggalan India yang diadopsi oleh Indonesia menunjukkan adanya asimilasi budaya. Penggunaan penanggalan tersebut adalah penggunaan tahun Saka di Indonesia. Selain itu, terdapat Candra Sangkala atau konogram. Candra Sangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata.


Pemerintahan


Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia sangat kuat hingga dapat mempengaruhi sistem pemerintahan di Indonesia. Hal ini terbukti dari perubahan sistem pemerintahan yang pada awalnya menggunakan seorang kepala suku berubah menjadi sistem kerajaan yang terdapat seorang raja.


Kesimpulan
Melihat penjelasan di atas, tentunya kita dapat menarik kesimpulan dengan mudah bahwa bangsa Indonesia yang sangat luas ini memiliki keaneka ragaman dalam hal budaya. Budaya dari setiap daerah memiliki sejarah perkembangannya sendiri-sendiri, apakah budaya itu berkembang sebagai identitas sendiri, ataupun adanya asimilasi dr budaya lain dan bahkan dari bangsa asing.

Asimilasi budaya adalah, budaya yang lahir karena pengaruh dua budaya, kemudian budaya baru yang lahir tersebut memiliki keunikan tersendiri. Tapi itulah yang membuat Indonesia semakin unik dan berwarna.



Dengan tekhnologi informasi yang berkembang saat ini, asimilasi bisa menjadi baik maupun buruk, tergantung cara kita memilah mana yang baik dan buruk, dan budaya baru yang akan kita serap haruslah sesuai dengan jati diri bangsa, bukan malah hal-hal negatif.

3 komentar:

  1. Thanks. Sangat membantu pembelajaran saya 😄😃

    BalasHapus
  2. Adakah Contoh hasil asimilasi dari daerah jawa tengah dengan sunda?

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus