Pendahuluan
Membicarakan
perihal budaya, cangkupannya akan sangat luas karena budaya berhubungan dengan
kebiasaan, adat, dan sesuatu yang dianggap penting oleh sekelompok masyarakat.
Budaya sendiri memiliki proses pembentukan di dalamnya, salah satunya adalah
asimilasi budaya.
Indonesia
memiliki ragam budaya yang unik. Keragaman tersebut membentang dari Sabang
hingga Merauke, menawarkan sebuah pemandangan yang berwarna-warni. Keindahan
tersebut bahkan bisa dirasakan baik oleh mereka yang datang dari luar negeri, kekaguman
tidak berhenti keluar dari mulut mereka.
Memang
jika membicarakan tentang keanekaragaman budaya, Indonesia adalah juaranya.
Kita tidak sedang membahas berbagai permasalahan multidimensi di negeri ini.
Karena jika membahas tentang itu, kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia,
termasuk budaya, akan terasa hambar dan sia-sia. Tidak ada salahnya jika
sejenak kita larut dalam keindahan budaya yang dimiliki oleh Indonesia tanpa
harus memikirkan segala permasalahan bangsa yang rumit.
Berbudaya
adalah kebutuhan manusia yang lahir secara naluri. Manusia purba pun sudah
melakukannya, mereka menciptakan budaya meramu, berburu, hidup nomaden, dan
sebagainya. Itu adalah bentuk-bentuk kebudayaan yang lahir atas dasar kebutuhan
dan tanpa disadari sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Mereka menciptakan
sebuah kebiasaan yang kemudian lambat laun menjadi kebudayaan, menjadi
identitas yang membedakan kelompok mereka dengan kelompok lainnya. Hakikat
budaya, sederhananya bisa dikatakan memang seperti itu. Sebuah kebiasaan yang
lahir dari sekelompok masyarakat, kemudian menjadi identitas.
Terjadinya
Asimilasi Budaya
Kehidupan
yang terjadi di masyarakat sangat kompleks. Ada banyak proses yang terjadi di
dalamnya. Budaya pun tak luput dari hal itu. Harus diakui, bahwa kebudayaan
yang saat ini tumbuh di Indonesia, sebagian bukan merupakan kebudayaan asli
Indonesia. Ada kebudayaan lain yang mencampurinya kemudian dalam jangka waktu
yang lama, pencampuran kebudayaan tersebut melahirkan hal baru, atau kebudayaan
baru.
Pencampuran
dua kebudayaan yang berasal dari kebiasaan yang berbeda biasanya dikenal dengan
istilah asimilasi. Sebuah pembauran antara dua kebudayaan yang masing-masing
melepaskan identitas asli untuk kemudian melahirkan sesuatu yang baru.
Asimilasi
tidak terjadi dalam jangka waktu satu atau dua tahun, apalagi asimilasi budaya.
Ada proses yang boleh dikatakan sangat panjang. Penyesuaian demi penyesuaian
dilakukan oleh pelaku asimilasi itu sendiri, dalam hal ini mereka adalah
masyarakat Indonesia.
Tanda-tanda
telah terjadinya asimilasi adalah munculnya upaya-upaya yang bertujuan untuk
menghapuskan perbedaan antara dua kelompok atau individu yang berbeda.
Upaya
ini dilakukan dengan cara lebih memperhatikan kepentingan bersama dari pada
kepentingan individu. Ketika upaya ini berhasil, batas perbedaan antara dua
kebudayaan semakin tipis. Masing masing pemilik kebudayaan tersebut
mengidentifikasikan diri untuk mementingkan kepentingan bersama, bukan lagi
kepantingan pribadi.
Proses
asimilasi budaya dapat terjadi apabila :
- Ada beberapa kelompok dengan kebudayaan berbeda yang tinggal di satu wilayah yang sama.
- Beberapa kelompok yang berbeda tersebut melakukan interaksi dalam waktu yang lama dan cukup intensif.
- Masing-masing kebudayaan memiliki kemungkinan untuk menyesuaikan diri, dalam arti, bisa membuka diri terhadap kebudayaan baru.
Juga
ada beberapa hal yang membuat proses pencampuran budaya tersebut lebih mudah,
yaitu :
- Masing-masing anggota kelompok yang berbeda budaya memiliki toleransi terhadap budaya orang lain.
- Masing-masing kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati kelayakan kehidupan secara finansial.
- Menghormati serta menghargai kelompok asing sekaligus budaya yang di bawanya.
- Sikap dan pemikiran yang terbuka dari kelompok yang berkuasa terhadap kelompok pendatang.
- Merasakan keseimbangan perlakuan dibidang kebudayaan secara umum.
- Terjadinya pernikahan di antara dua kelompok berbeda budaya.
- Tidak menyukai hal yang sama. Sehingga menimbulkan semangat juang dan rasa memiliki yang lebih.
Dari
penjelasan tentang asimilasi budaya diatas, anda tentu sudah bisa membayangkan
mengenai contoh asimilasi budaya bukan ?
Pada intinya, budaya yang lahir karena pengaruh dua budaya, kemudian
budaya baru yang lahir tersebut memiliki keunikan tersendiri, itulah bentuk
dari asimilasi budaya.
Syarat
Terjadinya Asimilasi
Asimilasi
tidak terjadi begitu saja, melainkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar
proses asimilasi berjalan dengan baik. Beberapa syarat asimilasi diantaranya
adalah sebagai berikut.
- Adanya perbedaan kebudayaan antara kelompok yang satu dan kelompok lain. Contohnya adalah Gangnam Style, semula tidak dikenal di Indonesia tetapi kemudian banyak masyarakat Indonesia yang terampil dalam menari tarian tersebut.
- Adanya interaksi sosial antara masing-masing kelompok. Interaksi tersebut bisa bersifat langsung maupun tidak langsung dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Contohnya, sebagian masyarakat di pulau jawa begitu mahir menyanyikan irama keroncong karena mereka terbiasa bergaul dengan bangsa Portugis pada zaman penjajahan dahulu kala, sehingga melahirkan kebudayaan baru dan bersifat turun-temurun.
- Adanya kesadaran dari masing-masing pihak untuk saling menyesuaikan diri dengan kebudayaan mereka masing-masing. Idealnya, bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang selektif terhadap penerimaan kebudayaan asing, sehingga mereka hanya menerima kebudayaan yang sesuai dengan jati diri bangsa. Ada sebuah pertanyaan, mengapa budaya pergaulan bebas, tato, minum-minuman keras, bahkan seks bebas juga banyak terjadi di Indonesia? Kemajuan ilmu dan tekhnologi di bidang komunikasi menjadi indikasi penyebab utama mengapa budaya-budaya buruk merebak di Indonesia.
Faktor
Terjadinya Asimilasi
- Toleransi, saling menghargai, dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung kebudayaan yang saling melengkapi, sehingga mereka akan saling membutuhkan.
- Simpati yang dilakukan dengan masyarakat lainnya, didasari oleh rasa saling menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing dan kebudayaannya, serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya, itu akan mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan kebudayaan tersebut.
- Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya dapat diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-golongan minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.
- Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di antara dua kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.
- Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan menyebabkan masyarakat pendukung nya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.
Faktor
Penghambat Asimilasi
- Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang umumnya terjadi di antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam menghadapi kebudayaan terasing seperti orang Kubu di Sumatra, orang Baduy di Jawa Barat, dan suku-suku terasing di Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka menutup diri terhadap masuknya budaya baru.
- Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati yang kurang berkembang antara suku bangsa.
- Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan masyarakat pribumi sehingga integrasi yang terjalin antara yang menjajah dan yang dijajah tidak berkembang.
- Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat pada tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar. Sebaliknya, orang luar kurang memahami kebudayaan masyarakat tersebut sehingga menimbulkan prasangka yang dapat menghalangi berlangsungnya proses pembauran.
- Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Misalnya, golongan minoritas Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang tajam dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian nama orang Tionghoa dengan nama Indonesia tidak banyak membawa hasil untuk mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika in-group feeling tidak diatasi lebih dulu.
Contoh
Asimilasi di Indonesia
Proses
asimilasi ini terkadang sulit terjadi dan terkadang pula sangat mudah terjadi,
bahkan masyarakat tanpa sadar menyerap budaya asing. Di Indonesia banyak sekali
contoh dari hasil dari asimilasi antar budaya. Berikut beberapa hasil asimilasi
budaya di Indonesia.
Seni
Bangunan
Banyak bangunan bersejarah yang
dibangun dari hasil asimilasi, seperti punden berundak-undak. Punden
berundak-undak ini merupakan bangunan dari zaman Megalitikum yang mendapat
pengaruh dari Hindu-Budha, sehingga memiliki wujud candi, seperti Candi
Borobudur.
Seni
Rupa atau Seni Lukis
Banyak kesenian di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan India, seperti
seni rupa dan seni lukis. Hal ini dibuktikan dari adanya patung Budha
berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai dan patung Budha berlanggam Amarawati
ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan).
Seni
Sastra
Prasasti-prasasti
kuno yang ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Kalimantan
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan sebagainnya menunjukkan adanya pengaruh
dari Hindu-Budha. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam huruf Pallawa dan
dalam bahasa Sansekerta. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat asimilasi budaya
pada saat itu.
Kalender
Adanya
penanggalan India yang diadopsi oleh Indonesia menunjukkan adanya asimilasi
budaya. Penggunaan penanggalan tersebut adalah penggunaan tahun Saka di
Indonesia. Selain itu, terdapat Candra Sangkala atau konogram. Candra Sangkala
adalah angka huruf berupa susunan kalimat atau gambar kata.
Pemerintahan
Pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia sangat kuat hingga dapat mempengaruhi
sistem pemerintahan di Indonesia. Hal ini terbukti dari perubahan sistem
pemerintahan yang pada awalnya menggunakan seorang kepala suku berubah menjadi
sistem kerajaan yang terdapat seorang raja.
Kesimpulan
Melihat
penjelasan di atas, tentunya kita dapat menarik kesimpulan dengan mudah bahwa
bangsa Indonesia yang sangat luas ini memiliki keaneka ragaman dalam hal budaya.
Budaya dari setiap daerah memiliki sejarah perkembangannya sendiri-sendiri,
apakah budaya itu berkembang sebagai identitas sendiri, ataupun adanya
asimilasi dr budaya lain dan bahkan dari bangsa asing.
Asimilasi
budaya adalah, budaya yang lahir karena pengaruh dua budaya, kemudian budaya
baru yang lahir tersebut memiliki keunikan tersendiri. Tapi itulah yang membuat
Indonesia semakin unik dan berwarna.
Dengan
tekhnologi informasi yang berkembang saat ini, asimilasi bisa menjadi baik
maupun buruk, tergantung cara kita memilah mana yang baik dan buruk, dan budaya
baru yang akan kita serap haruslah sesuai dengan jati diri bangsa, bukan malah
hal-hal negatif.






Thanks. Sangat membantu pembelajaran saya 😄😃
BalasHapusAdakah Contoh hasil asimilasi dari daerah jawa tengah dengan sunda?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus