Selasa, 20 Desember 2016

KOMUNITAS KELOMPOK PENCINTA BACAAN ANAK (KPBA)

Kelompok Pencinta Bacaan Anak ( KPBA ) adalah organisasi nirlaba independen yang digagas pada tahun 1987 oleh Dr. Murti Bunanta SS. MA. Pada tahun 1990 KPBA menjadi anggota IBBY (International Board on Books for Young People).
Sejak berdiri, KPBA banyak mengadakan seminar, lokakarya untuk mahasiswa, guru pendidik, pengarang, illustrator, pendongeng, penerbit dalam usaha meningkatkan mutu bacaan anak Indonesia. Setiap minggu melakukan kegiatan rutin mendongeng di Rumah Sakit sejak 1993. Mengadakan Festival mendongeng setiap satu atau dua tahun dalam memperingati Hari Anak Nasional.
KPBA juga menggalang kerjasama dengan pemerintah, institusi dalam dan luar negri untuk kemajuan bacaan anak. Juga mendatangkan pembicara luar negeri untuk meningkatkan mutu pelaku perbukuan di Indonesia.
Sukarelawan KPBA terdiri dari peneliti, dosen, doktor, ibu rumah tangga, mahasiswa, karyawan, pengarang, illustrator, pendongeng, guru, orang tua, dan lain-lain. Pengurus KPBA tidak digaji dan semua sumbangan yang diterima , diteruskan untuk kepentingan masyarakat khususnya anak dan membina kemampuan orang dewasa yang terlibat bagi pendidikan anak.
KPBA adalah pionir untuk memajukan minat membaca anak-anak di Indonesia. Selama dua puluh tahun KPBA berkiprah dalam meningkatkan minat baca anak, mutu bacaan, dan layanan perpustakaan.

SEJARAH TERBENTUKNYA KPBA

Pencetus gagasan dan pendiri KPBA atau Kelompok Pencinta Bacaan Anak adalah Dr. Murti Bunanta SS.,MA yang menuangkan pikiran, gagasan dan keprihatinannya terhadap dunia bacaan anak di Indonesia dalam sebuah tulisannya, yang dimuat dalam harian Kompas, 22 September 1987, berjudul "Kalau Belum Terlambat, Mengapa Tidak Sekarang? Kita Butuh Kelompok Pencinta Bacaan Anak".
Tulisan ini menarik minat sekelompok pendukung gagasan dan simpatisan yang menaruh perhatian pada bacaan anak dan mencintai anak-anak, yang secara rutin bertemu sebulan sekali untuk memantapkan gagasan sambil mengadakan kegiatan mendongeng untuk anak-anak. 
Pada tahun 1988 dibentuk kepengurusan yang bergabung dalam wadah bernama : Kelompok Pencinta Bacaan Anak (Inggris : Society for the Advancement of Children's Literature). Organisasi ini bersifat independen, non profit dan pengurus serta anggotanya bekerja atas dasar sukarela.
Pameran dengan tema Anak, Bacaan dan Mainan yang diadakan dalam rangka menyambut hari anak nasional Juli 1989 adalah tonggak sejarah kegiatan KPBA selanjutnya, baik secara nasional maupun internasional. 

Kegiatan KPBA yang intens dalam memajukan mutu bacaan anak Indonesia menarik perhatian dunia internasional. April 1990, KPBA resmi menjadi seksi nasional suatu organisasi dunia yang bernama International Board on Books for Young People (IBBY) sebagai seksi nasional ke 51.
Pada tahun 2006, untuk meluaskan kerja KPBA, maka seksi nasional tersebut yang bernama Indonesian Board on Books for Young People (INABBY) dipisahkan menjadi organisasi tersendiri dan bekerjasama secara erat dengan KPBA.

VISI DAN MISI
 Tujuan dari Kelompok Pencinta Bacaan anak adalah untuk mengembangkan dan membina bacaan anak di Indonesia sebagai partisipasi bagi usaha mencerdaskan bangsa.

KEGIATAN UNTUK ORANG DEWASA
Seminar, lokakarya, dan pelatihan mendongeng, pelatihan membuat alat peraga, pelatihan menulis, pelatihan membuat ilustrasi, dll.

KEGIATAN UNTUK ANAK - ANAK
Festival mendongeng setiap satu atau dua tahun, kegiatan rutin mendongeng di RSCM setiap 

Info lebih lanjut :

Contoh Kasus Kecanduan Internet

Contoh Kasus Kecanduan Internet

Sekitar 4 juta remaja di China kecanduan Game online yang tidak sehat sehingga mereka keasyikan menghabiskan waktunya di warnet game online daripada bermain di dunia nyata. Hal ini membuat prihatin kebanyakan orang, karena kecanduan internet dapat menyebabkan kepekaan seseorang terhadap kehidupan sosialnya berkurang. Sebagai respon terhadap hal ini, Sebuah komite di parlemen pun meminta pengawasan yang lebih ketat terhadap game internet yang dinilai punya konten ilegal atau tidak pantas seperti menampilkan kekerasan, pornografi dan bahkan game yang tidak patriotik. Juga dianggap perlu adanya teknologi yang bisa memutus otomatis permainan game jika orang sudah terlalu lama bermain.
Dengan emosi yang masih labil, remaja rentan mengalami gangguan jiwa. Bukan hanya asmara, hobi bermain game juga bisa membuat jiwanya terganggu. Di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grogol misalnya, sudah empat remaja yang dirawat karena kecanduan game online.Salah satunya kini masih dirawat di Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, RSJ Soeharto Heerdjan, atau yang lebih dikenal dengan nama RSJ Grogol karena terletak di kawasan Grogol, Jakarta Barat.
Remaja tersebut, sebut saja namanya Andi, sebenarnya anak yang berprestasi di sekolahnya. Masalahnya hanya satu, remaja berusia 17 tahun ini tidak pernah bisa lepas dari permainan video game yang memang sudah menjadi kegemarannya sejak masih kecil.
Belakangan, saking asyiknya memainkan video game, Andi mulai menarik diri dari pergaulan dan sering bolos sekolah. Orangtua yang merasa khawatir berusaha melarang, namun ketika video gamenya diambil, maka Andi mulai kehilangan kontrol lalu ngamuk-ngamuk.
"Pandangan matanya jadi hostile kalau dilarang main video game. Tatapannya memusuhi," tutur dr Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K), Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Grogol saat ditemui dalam kunjungan media di tempat kerjanya, Jumat (5/10/2012).
Kecanduan games tidak bisa dianggap sepele, terutama kalau sudah mempengatuhi perilaku. Menurut dr Suzy, gangguan jiwa psikotis yang ditandai dengan cara berpikir yang mulai kacau bisa juga berawal dari kecanduan games yang tidak ditangani dengan baik.
Ditambahkan oleh dr Suzy, kasus Andi sudah termasuk gangguan jiwa psikotis karena sampai ngamuk-ngamuk kalau dilarang orangtuanya. Itu berarti keinginannya untuk selalu bermain video games telah mengganggu perilaku dan membuatnya gelisah sepanjang waktu.
"Perlu treatment itu kalau sudah mengganggu fungsi sehari-hari, misalnya nggak mau sekolah. Nggak mau sekolah itu merupakan kedaruratan psikiatri utama pada anak dan remaja," tambah dr Suzy.
Treatment atau penanganan yang diberikan di RSJ Grogol antara lain mencakup terapi perilaku dan kalau diperlukan juga akan diberikan obat-obatan antipsikotik. Andi termasuk bagus dalam merespons terapi, sehingga dalam tiga minggu masa perawatan perilakunya sudah lebih terkontrol, dan dalam waktu dekat bisa kembali ke rumah orangtuanya lagi.