Minggu, 15 Oktober 2017



HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA YANG TINGGAL DI INDEKOS






Disusun oleh :

AZLIA IVONISEVIC (11515209)
FAIRUZ FAKHRANA LINATI (12515396)
ZAHRA ORCHIDIELLA HANUM (17515379)

Kelas :
 3PA01




JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2017


A.    Latar Belakang
            Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Kebiasaan dan gaya hidup juga berubah dalam waktu yang relatif singkat menuju ke arah yang kian mewah dan berlebihan, misalnya dalam hal penampilan maupun pemenuhan kebutuhan hidup yang lain. Fenomena ini menarik untuk diteliti karena perilaku konsumtif juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnya belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Baron dan Byrne (2003), konformitas adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide, atau aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berprilaku. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang tren.
            Bila remaja membeli barang hanya untuk memperoleh pengakuan dari orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka akan menyebabkan remaja semakin terjerat dalam perilaku konsumtif. Bila remaja terjerat dalam hidup yang konsumtif maka kebutuhan yang menjadi prioritas utama menjadi tidak terpenuhi. Akibatnya terjadi pemborosan karena remaja membelanjakan sebagian besar uangnya untuk mengejar gengsi semata. Bagi kasus mahasiswa yang tinggal di tempat kost ini menjadi salah satu masalah karena mempengaruhi per ilaku dan gaya hidup mahasiswa. Orang tuapun akan keberatan jika sebagian besar uang yang diberikan kepada anaknya digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Universitas Gunadarma yang tinggal di tempat kost.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang dibahas dalam program ini adalah :
1.      Bagaimana perilaku konsumtif dan perilaku konformitas terjadi pada kalangan mahasiswa yang tinggal di indekos?
2.      Apakah hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif terjadi di kalangan mahasiswa yang tinggal di indekos?
3.      Apa dampak yang timbulkan dari konformitas terhadap perilaku konsumtif yang terjadi pada mahasiswa yang tinggal di indekos?

C. Tujuan Penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan dampak antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Universitas Gunadarma yang tinggal di indekos.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui dan lebih memahami tentang definisi dari setiap variabel yang ada menurut teori dan pendapat para ahli
2.      Dapat menambah wawasan dan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan konformitas dan perilaku konsumtif.


A.    Definisi Perilaku Konsumtif
            Ancok (1995) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif seseorang ialah perilaku yang tidak lagi membeli barang yang benar-benar dibutuhkan, tetapi membeli barang hanya sematamata untuk membeli dan mencoba produk, walau sebenarnya tidak memerlukan produk tersebut.           Menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi didasarkan pada faktor kebutuhan (need) tetapi sudah ada faktor keinginan (want).
            Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahawa perilaku konsumtif adalah perilaku membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan walau sebenarnya tidak memerlukan produk tersebut dan tidak berdasarkan pertimbangan rasional.

B.     Indikator Perilaku Konsumtif
            Menurut Sumartono (2002) secara operasional, indikator perilaku konsumtif yaitu :
a.         Membeli produk karena iming-iming hadiah
Remaja tertarik membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut.
b.        Membeli produk karena kemasannya menarik
Konsumen remaja sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik.
c.         Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi
Konsumen remaja mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya remaja mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut dan sebagainya dengan tujuan agar mereka selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain.
d.        Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya)
Konsumen remaja cenderung berprilaku yang ditandakan oleh danya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.
e.         Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status
Remaja mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam hal pakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.
f.         Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan
Remaja cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya.
g.        Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi
Remaja sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
h.        Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merk berbeda)
Remaja akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.

C.    Definisi Konformitas
            Menurut Baron dan Byrne (2003), konformitas adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide, atau aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berprilaku. Myers (2002) mendefinisikan konformitas sebagai perubahan perilaku atau keyakinan individu karena tekanan kelompok baik yang nyata ataupun dibayangkan individu.
            Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah penyesuaian atau perubahan perilaku yang muncul ketika individu meniru sikap akibat norma atau aturan dari orang lain maupun tekanan dari kelompok.

D.    Aspek-aspek Konformitas
            Konformitas adalah sebuah kelompok acuan dapat terlihat dengan adanya ciri-ciri yang khas. Sears (1994) mengemukakan secara eksplisit aspek-aspek konformitas remaja yang akan diuraikan sebagai berikut :
a.       Kekompakan
1)        Penyesuaian Diri
Kekompakan yang tinggi menimbulkan tingkat konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila orang merasa dekat dengan anggota kelompok lain, akan semakin menyenangkan bagi mereka untuk mengakui kita, dan semakin menyakitkan bila mereka mencela kita.
2)        Perhatian terhadap Kelompok
Peningkatan konformitas terjadi karena anggotanya enggan disebut sebagai orang yang menyimpang. Semakin tinggi perhatian seseorang dalam kelompok semakin serius tingkat rasa takutnya terhadap penolakan, dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok.
b.      Kesepakatan
1)        Kepercayaan
Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas.
2)        Persamaan Pendapat
Kehadiran orang yang tidak sependapat menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok.
3)        Penyimpangan terhadap Pendapat Kelompok
Bila orang mempunyai pendapat yang berbeda dengan orang lain dia akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang, baik dalam pandangannya sendiri maupun dalam pandangan orang lain.

c.       Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya.
1)        Tekanan karena Ganjaran, Ancaman, atau Hukuman
Salah satu cara untuk menimbulkan ketaantan adalah dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar.
2)        Harapan Orang Lain
Seseorang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang lain tersebut mengharapkannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar