HUBUNGAN
ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS
GUNADARMA YANG TINGGAL DI INDEKOS
Disusun oleh :
AZLIA
IVONISEVIC (11515209)
FAIRUZ
FAKHRANA LINATI (12515396)
ZAHRA
ORCHIDIELLA HANUM (17515379)
Kelas
:
3PA01
JURUSAN
PSIKOLOGI
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
TAHUN
2017
A.
Latar
Belakang
Perilaku konsumtif merupakan suatu
fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di
perkotaan. Kebiasaan dan gaya hidup
juga berubah dalam waktu yang relatif singkat menuju ke arah yang kian mewah dan berlebihan, misalnya
dalam hal penampilan maupun pemenuhan kebutuhan
hidup yang lain. Fenomena ini menarik untuk diteliti karena perilaku konsumtif
juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnya belum
memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Baron dan
Byrne (2003), konformitas adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut
pada norma kelompok acuan, menerima ide, atau aturan-aturan yang menunjukkan
bagaimana remaja berprilaku. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan
orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai
atribut yang sedang tren.
Bila
remaja membeli barang hanya untuk memperoleh pengakuan dari orang lain tanpa
pertimbangan yang rasional, maka akan menyebabkan remaja semakin terjerat dalam
perilaku konsumtif. Bila remaja terjerat dalam hidup yang konsumtif maka
kebutuhan yang menjadi prioritas utama menjadi tidak terpenuhi. Akibatnya
terjadi pemborosan karena remaja membelanjakan sebagian besar uangnya untuk
mengejar gengsi semata. Bagi kasus mahasiswa yang tinggal di tempat kost ini
menjadi salah satu masalah karena mempengaruhi per ilaku dan gaya hidup
mahasiswa. Orang tuapun akan keberatan jika sebagian besar uang yang diberikan
kepada anaknya digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Berdasarkan hal
tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul hubungan antara
konformitas dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Universitas Gunadarma yang
tinggal di tempat kost.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang dibahas
dalam program ini adalah :
1. Bagaimana
perilaku konsumtif dan perilaku konformitas terjadi pada kalangan mahasiswa
yang tinggal di indekos?
2. Apakah
hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif terjadi di kalangan
mahasiswa yang tinggal di indekos?
3. Apa
dampak yang timbulkan dari konformitas terhadap perilaku konsumtif yang terjadi
pada mahasiswa yang tinggal di indekos?
C. Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dan dampak antara konformitas dengan perilaku konsumtif
pada mahasiswa Universitas Gunadarma yang tinggal di indekos.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat yang
diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Untuk
mengetahui dan lebih memahami tentang definisi dari setiap variabel yang ada
menurut teori dan pendapat para ahli
2. Dapat
menambah wawasan dan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan konformitas
dan perilaku konsumtif.
A. Definisi
Perilaku Konsumtif
Ancok (1995) menjelaskan bahwa
perilaku konsumtif seseorang ialah perilaku yang tidak lagi membeli barang yang
benar-benar dibutuhkan, tetapi membeli barang hanya sematamata untuk membeli
dan mencoba produk, walau sebenarnya tidak memerlukan produk tersebut. Menurut Lubis (dalam Sumartono, 2002)
mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai perilaku yang tidak lagi berdasarkan
pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah
mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi didasarkan pada faktor kebutuhan
(need) tetapi sudah ada faktor keinginan (want).
Dari penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahawa perilaku konsumtif adalah perilaku membeli barang-barang
yang tidak dibutuhkan walau sebenarnya tidak memerlukan produk tersebut dan
tidak berdasarkan pertimbangan rasional.
B.
Indikator
Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono (2002) secara
operasional, indikator perilaku konsumtif yaitu :
a.
Membeli produk karena iming-iming hadiah
Remaja tertarik membeli suatu
barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut.
b.
Membeli produk karena kemasannya menarik
Konsumen remaja sangat mudah
terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan
warna-warna yang menarik.
c.
Membeli produk demi menjaga penampilan
diri dan gengsi
Konsumen remaja mempunyai keinginan
membeli yang tinggi, karena pada umumnya remaja mempunyai ciri khas dalam
berpakaian, berdandan, gaya rambut dan sebagainya dengan tujuan agar mereka
selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain.
d.
Membeli produk atas pertimbangan harga
(bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya)
Konsumen remaja cenderung
berprilaku yang ditandakan oleh danya kehidupan mewah sehingga cenderung
menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.
e.
Membeli produk hanya sekedar menjaga
simbol status
Remaja mempunyai kemampuan membeli
yang tinggi baik dalam hal pakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya
sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal
dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.
f.
Memakai produk karena unsur konformitas
terhadap model yang mengiklankan
Remaja cenderung meniru perilaku
tokoh yang diidolakannya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat
dipakai tokoh idolanya.
g.
Munculnya penilaian bahwa membeli produk
dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi
Remaja sangat terdorong untuk
mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu
dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
h.
Mencoba lebih dari dua produk sejenis
(merk berbeda)
Remaja akan cenderung menggunakan
produk jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan,
meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.
C.
Definisi Konformitas
Menurut Baron dan Byrne (2003),
konformitas adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut pada norma
kelompok acuan, menerima ide, atau aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana
remaja berprilaku. Myers (2002) mendefinisikan konformitas sebagai perubahan
perilaku atau keyakinan individu karena tekanan kelompok baik yang nyata
ataupun dibayangkan individu.
Dari penjelasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa konformitas adalah penyesuaian atau perubahan perilaku yang
muncul ketika individu meniru sikap akibat norma atau aturan dari orang lain
maupun tekanan dari kelompok.
D.
Aspek-aspek
Konformitas
Konformitas adalah sebuah kelompok
acuan dapat terlihat dengan adanya ciri-ciri yang khas. Sears (1994)
mengemukakan secara eksplisit aspek-aspek konformitas remaja yang akan
diuraikan sebagai berikut :
a. Kekompakan
1)
Penyesuaian Diri
Kekompakan yang tinggi menimbulkan
tingkat konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila
orang merasa dekat dengan anggota kelompok lain, akan semakin menyenangkan bagi
mereka untuk mengakui kita, dan semakin menyakitkan bila mereka mencela kita.
2)
Perhatian terhadap Kelompok
Peningkatan konformitas terjadi
karena anggotanya enggan disebut sebagai orang yang menyimpang. Semakin tinggi
perhatian seseorang dalam kelompok semakin serius tingkat rasa takutnya
terhadap penolakan, dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui
kelompok.
b.
Kesepakatan
1)
Kepercayaan
Tingkat kepercayaan terhadap
mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang
berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan anggota lain yang
membentuk mayoritas.
2)
Persamaan Pendapat
Kehadiran orang yang tidak
sependapat menunjukkan terjadinya perbedaan yang dapat berakibat pada
berkurangnya kesepakatan kelompok.
3)
Penyimpangan terhadap Pendapat Kelompok
Bila orang mempunyai pendapat yang
berbeda dengan orang lain dia akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang
menyimpang, baik dalam pandangannya sendiri maupun dalam pandangan orang lain.
c. Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok
acuan pada remaja membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak
menginginkannya.
1)
Tekanan karena Ganjaran, Ancaman, atau
Hukuman
Salah satu cara untuk menimbulkan
ketaantan adalah dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk
menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman
karena akan menimbulkan ketaatan yang semakin besar.
2)
Harapan Orang Lain
Seseorang akan rela memenuhi
permintaan orang lain hanya karena orang lain tersebut mengharapkannya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar