Kamis, 21 Desember 2017

BIOGRAFI DIRI SENDIRI

HAI !
Saya adalah seorang mahasiswi Universitas Gunadarma jurusan Psikologi. Saya saat ini sudah menduduki bangku semester 5. Kebetulan nama saya Zahra Orchidiella Hanum, saya anak ke 2 dari 3 bersaudara, saya memiliki kakak laki-laki bernama Zahran Bagasanda Alfanzuri dan adik perempuan bernama Zahra Pinctadiella Arvalla. Saya lahir di bulan November tanggal 2 tahun 1997 dan saya paling senang di panggil Orchi bukan Zahra dan di blog saya ini, saya ingin sedikit berbagi cerita bagaimana kehidupan sekolah saya sampai saat ini saya bisa kuliah. Kurang lebih kayak gini…
Pada zaman dahulu kala, saya pernah bersekolah dari TK yang kebetulan dulu saya bersekolah di TQIT di daerah depok. Saya tidak mengingat betul bagaimana saya waktu TK tapi misalkan saya sekarang main ke sekolah TK saya mereka cuman bilang, “Oh ini Orchi udah gede yah, padahal dulunya kan suka ngompol” disitu kadang suka merasa sedih dan malu. Oke! kita lanjut, setelah lulus TK kebetulan saya masih sekolah di satu tempat yang sama tapi udah SD jadi namanya SDIT, masih di daerah depok juga belom pindah kemana-mana kok. Di waktu SD saya itu orangnya paling suka main, kalo kata orang-orang sih saya centil, terus galak, bawel deh. Padahal masih SD loh... dan saya paling seneng kalo main sama temen-temen cowo sampe masih SD aja di bilang ‘playgirl’ namanya juga anak SD, maklum yah. Selama sekolah di bangku SD saya mengikuti kegiatan ekskul paduan suara, pramuka dan marching band. Padahal suara gak terlalu bagus, pramuka juga kadang nyali masih suka ciut dan ikut marching band waktu itu karena tertarik aja ada kegiatan baru. Sampe waktu SD pun jadwal yang kosong cuman hari Minggu karena sisanya sekolah dan ada ekstrakulikuler tambahan.
Selama ikut tim paduan suara pernah sekali tamping disalah satu Mall di Depok, pernah juga rekaman suara dari pihak sekolah, kalau pramuka suka camping di beberapa Gunung, kayak Gunung Salak, Gunung Bunder, pernah juga ikut Jambore Nasional 23 Provinsi di Cibubur, dan kegiatan persami atau perjusa di sekolah. Sedangkan marching band belom sempet tampil dimana-mana tapi suka jadi pengiring lagu untuk kakak kelas yang akan di wisuda atau pelepasan lulus-lulusan. Sempat juga ikut ekskul renang dari kelas 2 sampai kelas 5, karena kelas 6 fokus untuk belajar jadi berenti deh renangnya.
Oke kita lanjut. Setelah lulus dari SD saya masuk ke sekolah yang sama juga dan masih SMPIT juga, kebetulan lingkungan TK, SD dan SMP-nya berdekatan jadi tidak terlalu jauh. Kebetulan di SMPIT ini saya hanya 1 tahun setengah, kemudian saya pindah ke Jakarta. Di Jakarta saya bersekolah di daerah Jakarta Selatan. Saya pindah ke sekolah itu tidak sendiri, karena ternyata ada teman saya yang ikut pindah juga ke Jakarta, jadi ada temennya. Lumayan lah punya temen baru dan sempet jadi Orchi yang pendiem karena ketemu temen baru dan pengalaman baru bahwa ternyata di sekolah negeri itu guru-guru dan temen-temennya lebih beragam. Menjadi suatu hal baru dan acuan baru ketika seorang guru ngasih tugas dan harus selesai esok harinya. Saking takutnya sampe semua soal yang susah pun di kerjain di tempat les dan sampe di kira temen satu kelas kalo saya anaknya pinter, padahal yang ngerjain juga bukan saya hahaha (tapi belajar juga kok). Waktu sekolah di SMP ini gak sempet ikut ekskul apa-apa karena gak kepikiran untuk ikut kegiatan gitu jadi fokus belajar aja. Hasilnya begitu bagi rapot alhamdulillah saya masuk ke 10 besar dan disitu saya pikir bahwa saya sebenernya bisa untuk lebih baik lagi, sampai akhirnya saya ujian nasional dan mendapatkan nilai yang saya tidak meyangka bahwa saya sebisa itu untuk mendapatkan nilai tersebut.
Karena saya lulus di SMP Jakarta, akhirnya saya daftar ke SMA sekitaran Jakarta yang tidak terlalu jauh dari rumah. Sebelumnya, saya tinggal di daerah Depok, Sawangan, yang kalo lurus terus ke Parung, lurus lagi ke Bogor. Oke lanjut… jadi ada tragedi dimana daftar di salah satu SMA di Jakarta dan sampai hari terakhir penerimaan gelombang 1, nama saya masih ada di dalam daftar SMA tersebut, namun di 2 jam terakhir sebelum penutupan nama saya ilang dari daftar SMA tersebut yang otomatis saya tidak masuk ke sekolah tersebut. Akhirnya saya berusaha daftar lagi ke SMA di Jakarta dan mencoba daftar di SMA kawasan Jakarta Timur dan saya keterima di salah satu SMA di Jakarta Timur. Setiap pagi saya berangkat dari rumah jam 5.15 pagi setelah subuh, karena kalau telat sedikit jalan Margonda Raya sudah macet dengan orang-orang yang mau berangkat kerja.
Tidak terlalu banyak kegiatan di luar pembelajaran yang saya ikuti, karena untuk berangkat dan pergi saja sudah terlalu capek dan banyak waktu yang di butuhkan. Namun ketika saya kelas 11 atau 2 SMA, saya sempat mengikuti paduan suara kembali. Waktu itu saya kebagian suara alto dan waktu itu tim kami mempersiapkan penampilan untuk acara wisuda kakak kelas. Oh iya pada kurikulum saya, penentuan jurusan IPA dan IPS di adakan sebelum kenaikan kelas 11. Waktu itu ada tes psikotes untuk penentuan dan tidak tau kenapa saya selalu senang hal-hal yang menyangkut ke arah psikologi. Pada waktu itu saya sangat niat untuk mengikuti tes psikotes tersebut dan berharap suatu saat nanti saya bisa di posisi itu juga. Setelah hasil tes keluar saya pun akhirnya masuk ke kelas IPA. Diantara fisika, kimia dan biologi, saya masih suka sama fisika, mungkin karena pada saat itu gurunya enak, jadi saya nyambung. Seiring berjalannya waktu, saya pun sudah lulus di SMA tersebut dan saya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu Universitas.
Kurang lebih 3 bulan waktu yang digunakan untuk mencari-cari dan mendaftar di beberapa Universitas. Karena saya gak masuk di UI jadi saya pilih ke UG tetangganya UI. Saya masuk ke Gunadarma melalui jalur tes. Penuh perdebatan yang panjang karena saya ingin masuk psikologi sedangkan kedua orang tua saya ingin saya masuk jurusan yang lain. Seiring berjalannya waktu akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar jurusan psikologi dan ilmu komunikasi di Gunadarma dan hasilnya saya sama-sama keterima di kedua jurusan tersebut dan saya memilih psikologi karena saya pikir mungkin ini suatu kesempatan untuk saya dan masuk psikologi sudah saya idam-idamkan sejak SMA. Sampai akhirnya sekarang saya sudah semester 5 di Gunadarma.
Awal masuk lingkungan kampus yang sangkat berbeda dengan SMA agak sedikit kaget dan keteteran, karena tugas bisa aja numpuk di hari yang sama dengan deadline waktu yang sama juga. Karakter dosen yang berbeda-beda dan karakter temen-temen yang berbeda-beda juga. Semakin bisa melihat dunia luar dan semakin membuat untuk berfikir dewasa. Ketika duduk di bangku kuliah menurut saya adalah suatu ajang untuk memperbanyak kegiatan dan pertemanan. Di bangku kuliah pun kita bisa reunian karena bisa saja tiba-tiba ketemu temen SD, SMP atau SMA. Tapi bisa juga jadi ajang sibuk, karena terlalu banyak kegiatan di kuliah. Sampai saya semester 4 saya tidak mengikuti kegiatan apa-apa, tapi ketika saya semester 5 saat ini, saya di tawarkan oleh salah satu dosen untuk bergabung di Tax Center Gunadarma atau lebih singkatnya kegiatan pajak di Gunadarma. Awalnya saya bingung kenapa anak psikologi di ajak gabung ke pajak, ternyata disini mereka ingin bergabung dengan jurusan psikologi dan IT untuk pembuatan suatu program kerja yaitu relawan pajak. Awalnya saya sendiri di pajak ini tapi akhirnya saya mengajak 3 orang teman saya untuk ikut di Tax Center ini. Ester, Krsna dan Ainur namanya. Kami pada awalnya diminta untuk berpresentasi dan membantu memberikan masukan serta solusi tentang bagaimana cara berkomunikasi, beretika dan berempati yang baik kepada orang-orang.
Namun setelah presentasi selesai, kami diminta ikut bergabung menjadi asisten tetap Tax Center Gunadarma dan ikut menjadi relawan pajak yang nantinya akan magang di kantor pelayanan pajak serta beberapa tempat umum lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk membantu dan mempermudah orang-orang wajib pajak dalam pengisian pajak. Dengan mengikuti kegiatan ini membuat saya menjadi banyak teman dan menambah ilmu baru dalam perpajakan serta tau bagaimana dunia kerja dan harus memperhatikan tanggung jawab yang sudah saya lakukan. Sehingga saya sampai saat ini menjalankan 2 hal yang berbeda, kuliah jurusan psikologi dan bekerja menjadi asisten di Tax Center Gunadarma. Kedua kegiatan ini membuat saya semakin mengerti waktu dan semakin tau bagaimana caranya membagi waktu. Memiliki banyak kegiatan membuat saya menjadi memiliki banyak teman, tingkat 4, tingkat 3 ataupun tingkat 2.
Tidak terlalu banyak prestasi yang pernah saya ukir, tidak banyak juga kegiatan yang saya lakukan ketika jaman sekolah dulu, tapi ketika saya kuliah, saya berfikir kalau misalkan kegiatan cuman kuliah aja, tidak pernah ikut organisasi atau kegiatan diluar kuliah, saya gak akan dapat pengalaman apa-apa sedangkan saya melihat beberapa teman saya aktif di berbagai organisasi. Karena orang tua juga mendukung saya bergabung dalam pajak ini, akhirnya kegiatan ini lah yang saya lakukan selain kuliah. Jadi ketika saya tidak ada jadwal kuliah saya memutuskan untuk datang ke Tax Center untuk bekerja disitu. Sebulan yang lalu kami baru selesai menjalankan Olimpiade se-JABODETABEK untuk anak SMA/SMK, karena kami ada program untuk memperkenalkan atau mensosialisasikan pajak tidak hanya di kalangan orang dewasa saja tapi di kalangan anak-anak sekolah juga. Program selanjutnya yang akan di jalankan ialah relawan pajak yang terdiri dari 233 mahasiswa dan mahasiswi Universitas Gunadarma dari jurusan psikologi, ekonomi, akuntasi dan teknik informatika.
Sampai saat ini saya merasa nyaman dan bahagia dengan kegiatan yang saya lalukan, walaupun tidak ada bentuk prestasi yang menonjol dalam kehidupan saya, tetapi setidaknya saya mengerti bagaimana caranya bertanggung jawab terhadap kehidupan dan pilihan diri sendiri dalam menentukan apa yang akan dilakukan. Tetap lakukan hal-hal yang positif dan lakukanlah hal-hal yang kamu sukai (tapi tetap positif dan berguna yah).

Sekian cerita dari saya, semoga bermanfaat dan berguna untuk mengisi waktu luang anda. Terimaksih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca.😉😉

Rabu, 29 November 2017

REVIEW JURNAL : THE EFFECT OF PURCHASING SITUATION AND CONFORMITY BEHAVIOR ON YOUNG STUDENT’S IMPULSE BUYING

REVIEW JURNAL
THE EFFECT OF PURCHASING SITUATION AND CONFORMITY BEHAVIOR ON YOUNG STUDENT’S IMPULSE BUYING
Wu-Chung Wu and Tzung-Cheng Huan
African Journal of Business Management Vol.4 (16), pp. 3530-3540, 18 November, 2010
ISSN 1993-8233 ©Academic Journals

 I.          PENGERTIAN
A.      Perilaku Pembelian secara Impulsif
Stern (1962) mengusulkan agar pembelian impuls dibeli tanpa direncanakan. Perbedaannya adalah tingkat impulsif. Stern (1962) berpendapat bahwa faktor eksternal, seperti ekonomi, kepribadian, waktu, lokasi dan budaya mempengaruhi pembelian impulsif.
Menurut Weinberg dan Gottwald (1982), pembelian impulsif spontan dan mendadak merespons keinginan, memasukkan faktor afektif, kognitif dan reaktif.
Mowen dan Minor (1998) mendefinisikan pembelian impuls sebagai reaksi yang tidak terkendali, keinginan untuk memperoleh dan memiliki.
Wood (1998) mengemukakan bahwa pembelian impulsif tidak direncanakan, tidak dipikirkan dan disertai oleh emosi yang kuat. Dia juga mengidentifikasi dua jenis pembelian impuls: dorongan akratik, di mana konsumen tidak memiliki cukup kekuatan, dan dorongan impulsif.
Iyer (1989) menemukan bahwa baik lingkungan belanja dan tekanan waktu mempengaruhi pembelian impuls konsumen. Pembelian impuls seringkali diakibatkan oleh rangsangan eksternal yang membangkitkan potensi kebutuhan baru konsumen atau dirasakan dan membentuk dorongan kuat dan tiba-tiba. Pembelian konsumen segera dan tidak terkendali, tanpa memikirkan hasilnya
Faktor eksternal bersifat situasional, seperti lingkungan toko, tekanan waktu dan tekanan teman sebaya. Penelitian menunjukkan bahwa waktu yang tersedia akan mempengaruhi keputusan konsumen secara langsung. Bila konsumen memiliki sedikit waktu, atau ketika mereka merasa tidak sabar dengan pengalaman berbelanja, maka tekanan waktu merupakan faktor penting, dan konsumen akan menunjukkan perilaku pembelian impulsif, Jika konsumen memiliki pendapatan yang terbatas, yaitu ada cukup banyak ekonomi. Tekanan, konsumen akan bertindak rasional dan tidak akan menunjukkan dorongan untuk membeli dengan mudah (Beatty dan Ferrell, 1998).
B.            Perilaku kesesuaian
Penelitian tentang kesesuaian pertama kali muncul dalam penelitian psikolog sosial Ash (1951). Dia mengusulkan agar kesesuaian tersebut dihasilkan dari pengaruh anggota masyarakat terhadap individu-individu di dalam masyarakat tersebut. Allen (1965) mengkategorikan kesesuaiannya dengan kepatuhan publik dan penerimaan pribadi. Ketaatan publik berarti orang mematuhi kelompok tersebut untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman dan tidak mengubah pemikiran mereka sendiri. Penerimaan pribadi berarti bahwa kepercayaan dan perilaku dipengaruhi oleh kelompok.
Deutsch dan Gerard (1955) telah mengidentifikasi dua jenis pengaruh sosial yaitu, normatif dan informasi. Pengaruh normatif adalah tekanan untuk menyesuaikan diri dengan harapan positif orang lain. Pengaruh normatif dapat dicapai melalui kepatuhan dan identifikasi. Kepatuhan adalah penerimaan pengaruh normatif untuk mendapat tanggapan afirmatif dari orang lain, seperti mendapat penghargaan dan penghindaran hukuman (Ross et al, 1976).
Identifikasi adalah pemeliharaan hubungan baik dengan anggota kelompok dan membuat keputusan yang sama dengan kelompok untuk mencapai kesesuaian (Lascu dan Zinkhan, 1999). Pengaruh informasional adalah kecenderungan untuk menerima informasi dari orang lain sebagai pedoman ketika orang menghadapi informasi yang rumit dan ingin menyederhanakan pengambilan keputusan proses (Lascu dan Zinkhan, 1999).

   II.              METODE PENELITIAN

Studi ini mengeksplorasi apakah konsumen dengan ciri-ciri pribadi yang berbeda dalam konteks pembelian yang berbeda akan menunjukkan tingkat perilaku pembelian impuls yang berbeda. Dasar pemikiran penelitian didasarkan pada konstruksi hipotetis yang disampaikan oleh Howard dan Seth (1969). Masukannya adalah rangsangan dari lingkungan pemasaran dan sosial. Keluarannya adalah variasi respons yang mungkin dipamerkan pembeli, berdasarkan interaksi antara rangsangan dan keadaan internalnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktor situasional (waktu dan tekanan ekonomi) mempengaruhi ciri kepribadian konsumen (impulsiveness and conformity) dalam hal perilaku pembelian impuls konsumen.
A.           Variabel
Variabel independen adalah variabel pembelian, evaluasi sifat impulsif konsumen dan kesesuaian. Konteks pembelian (tekanan waktu dan tekanan ekonomi) dimanipulasi variabel independen. Sifat pribadi dinilai dengan ukuran impulsif dan sesuai. Variabel dependen adalah impulsivitas perilaku pembelian.
B.            Tekanan waktu
Tekanan waktu untuk pembelian dikategorikan baik panjang maupun pendek. Definisi variabel yang dimanipulasi adalah sebagai berikut:
1.        Lama waktu: Pendek, didefinisikan sebagai masa tinggal 70 menit atau kurang.
2.        Lama waktu: Panjang, didefinisikan sebagai tinggal minimal 130 menit.
C.           Tekanan ekonomi
Kuesioner dalam penelitian ini berbasis di Prancis dan Republik Ceko sebagai lokasi simulasi. Tekanan ekonomi dibagi menjadi anggaran yang tinggi dan anggaran yang rendah untuk pembelian.
1.        Anggaran rendah: Anggaran terendah ditetapkan $100.000 di Perancis dan $60.000 di Republik Ceko. Suasana hati diatur untuk membuat keputusan pembelian dengan anggaran terbatas.
2.        Anggaran tinggi: Anggaran tertinggi ditetapkan $180.000 di Prancis dan $80.000 di Republik Ceko. Suasana hati diatur untuk membuat keputusan pembelian tanpa batasan anggaran yang terbatas.
D.           Pembelian impuls
Menurut Rook (1987), ada 35 item yang membentuk sifat impulsif. 9 dari 35 item dipilih sebagai item pertanyaan untuk mengukur impulsif (Rook, 1995). Tanggapan dievaluasi pada skala likert multi item yang berkisar dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5 (sangat setuju) tentang pengalaman dan perilaku berbelanja mereka. Untuk meningkatkan validitas pengujian, butir 8 dirancang sebagai skala berlawanan dari 1 (sangat setuju) sampai 5 (sangat tidak setuju). Pertanyaannya adalah sebagai berikut:
1.        Saya biasanya melakukan pembelian dari kebutuhan impulsif.
2.        "Lakukan saja" bisa menggambarkan sikap beli saya.
3.        Saya biasanya melakukan pembelian tanpa terlalu banyak berpikir.
4.        Saya akan membeli apa yang saya inginkan.
5.        Kebiasaan belanja saya adalah - belilah dulu dan pikirkan nanti.
6.        Saya biasanya melakukan pembelian secara impulsif.
7.        Saya akan memutuskan apa yang harus dibeli sesuai dengan suasana hati belanja saya.
8.        Sebagian besar perilaku pembelian saya telah direncanakan sebelumnya.
9.        Saya biasanya merasa bahwa pembelian saya impulsif.
E.            Kesesuaian
Studi ini mengadopsi inventaris kepribadian Jackson tentang kesesuaian sebagai metode untuk mengukur kesesuaian. Ada enam item berpasangan menurut Jackson (1976): setuju / tidak setuju, mematuhi / menolak, mencoba menyesuaikan / melawan dengan kuat, mau bekerja sama / tidak mau bekerja sama, memegang pandangan yang sama / memiliki pandangan yang sama sekali berbeda. Studi ini menggunakan konteks situasional untuk membimbing individu menuju tingkat kesesuaian. Penelitian ini menggunakan skala Likert mulai dari 1 sampai 7 untuk mengukur kecenderungan individu terhadap perilaku kesesuaian.
F.            Tingkat perilaku pembelian impulsif
Menurut definisi perilaku pembelian impuls dalam penelitian ini, pada objek wisata yang sama namun dalam konteks pembelian yang berbeda (tekanan waktu dan tekanan ekonomi), tiga item dirancang untuk mengukur tingkat perilaku pembelian impuls. Penelitian ini menggunakan skala Likert mulai dari 1 sampai 5 untuk mengukur pengalaman dan sikap berbelanja. Pertanyaannya adalah sebagai berikut:
1. Saya akan membeli souvenir yang saya inginkan segera tanpa ragu.
2. Saya akan menghabiskan semua uang saya.
3. Jika saya tidak punya cukup uang, saya akan meminjam uang dari teman sekelas untuk membeli souvenir.
G.           Desain kuesioner
Penelitian ini menggunakan sel yang terdiri dari desain eksperimental 2 (Tekanan Waktu) × 2 (Tekanan Ekonomi) dan mengembangkan delapan konteks. Studi ini akan menguji tingkat perilaku pembelian impuls dengan kerangka waktu yang sama namun berbeda anggarannya, dan juga diberi anggaran yang sama tapi berbeda waktu. Ada empat bagian dalam kuesioner:
1.        Dalam delapan konteks pembelian, situasi pembelian dan waktu dan ekonomi.
2.        Impulsivitas subjek.
3.        Kesesuaian subyek.
4.        Informasi dasar.
H.           Sampel
Peserta adalah mahasiswa senior yang pernah mengikuti tur kelompok luar negeri. Kuesioner dibagikan secara acak. Untuk membantu peserta agar lebih terlibat dalam skenario ini, kuesioner didistribusikan secara acak dan anonim dan peserta hanya menyelesaikan satu kuesioner. Ada 240 kuesioner secara total. Untuk setiap konteks, 30 kuesioner diberikan untuk total 120 kuesioner.

Minggu, 15 Oktober 2017



HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA YANG TINGGAL DI INDEKOS






Disusun oleh :

AZLIA IVONISEVIC (11515209)
FAIRUZ FAKHRANA LINATI (12515396)
ZAHRA ORCHIDIELLA HANUM (17515379)

Kelas :
 3PA01




JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2017


A.    Latar Belakang
            Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Kebiasaan dan gaya hidup juga berubah dalam waktu yang relatif singkat menuju ke arah yang kian mewah dan berlebihan, misalnya dalam hal penampilan maupun pemenuhan kebutuhan hidup yang lain. Fenomena ini menarik untuk diteliti karena perilaku konsumtif juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang sebenarnya belum memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Baron dan Byrne (2003), konformitas adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide, atau aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berprilaku. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang tren.
            Bila remaja membeli barang hanya untuk memperoleh pengakuan dari orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka akan menyebabkan remaja semakin terjerat dalam perilaku konsumtif. Bila remaja terjerat dalam hidup yang konsumtif maka kebutuhan yang menjadi prioritas utama menjadi tidak terpenuhi. Akibatnya terjadi pemborosan karena remaja membelanjakan sebagian besar uangnya untuk mengejar gengsi semata. Bagi kasus mahasiswa yang tinggal di tempat kost ini menjadi salah satu masalah karena mempengaruhi per ilaku dan gaya hidup mahasiswa. Orang tuapun akan keberatan jika sebagian besar uang yang diberikan kepada anaknya digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Universitas Gunadarma yang tinggal di tempat kost.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang dibahas dalam program ini adalah :
1.      Bagaimana perilaku konsumtif dan perilaku konformitas terjadi pada kalangan mahasiswa yang tinggal di indekos?
2.      Apakah hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif terjadi di kalangan mahasiswa yang tinggal di indekos?
3.      Apa dampak yang timbulkan dari konformitas terhadap perilaku konsumtif yang terjadi pada mahasiswa yang tinggal di indekos?

C. Tujuan Penelitian
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan dampak antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa Universitas Gunadarma yang tinggal di indekos.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui dan lebih memahami tentang definisi dari setiap variabel yang ada menurut teori dan pendapat para ahli
2.      Dapat menambah wawasan dan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan konformitas dan perilaku konsumtif.